BY: ZAINAL ASLI BUJANG PONTIANAK
Sejarah Robo-robok Mengenang Kedatangan Opu Daeng Manambon
Sejarah Robo-robok Mengenang Kedatangan Opu Daeng Manambon
Robok-robok ini merupakan salah satu budaya Keraton Amantubillah Mempawah. Dan juga pada waktu bersamaan diadakan acara robok-robok masyarakat Melayu dan Bugis yang ada di Kuala Mempawah. Dan khusus masyarakat Kabupaten Pontianak seperti di Kecamatan Segedong, Kecamatan Kakap dan daerah lainnya. Dan acara robok-robok ini merupakan suatu upacara tahunan yang dilaksanakan penduduk Kabupaten Pontianak umumnya dan khususnya masyarakat Kuala Mempawah dan masuk kalender wisata.
Prosesi Robok-Robok adalah sebuah tradisi keluarga kerajaan untuk mengenang penyambutan terhadap Opu Daeng Manambon yang datang dari Kerajaan Luwuk, Sulawesi Selatan. Kedatangan Opu Daeng Manambon ke Mempawah seiring dengan masuknya orang Bugis di Kalimantan Barat. Opu Daeng Manambon adalah kerabat Kerajaan Luwuk yang dinobatkan menjadi Raja Mempawah pada 1740 Masehi menggantikan Raja Senggauk yang beragama Hindu. Pengangkatan juga ini sebagai penghormatan atas jasanya memenangi perang saudara di Kesultanan Zainuddin di Pontianak. Atas jasanya pula, Opu Daeng Manambon yang digelari Pangeran Emas Surya Negara dinikahkan dengan Puteri Kesumba, anak Sultan Zainuddin dengan Utin Indrawati dari Kerajaan Mempawah. Kebesaran Kerajaan Mempawah di bawah pimpinan Opu Daeng Manambon juga diikuti dengan masuknya Islam di sana. Ini juga dibuktikan dengan berdirinya Istana Amantubillah yang secara harfiah bermakna di bawah perlindungan Allah SWT. Istana ini juga sebagai pusat Kerajaan Mempawah, satu di antara kerajaan bersejarah di Nusantara. Kompleks keraton yang luasnya mencapai lima ribu meter persegi ini dan dibangun pada 1780 Masehi menjadi saksi perjalanan bersejarah Kerajaan Mempawah hingga raja ketiga belas, Pangeran Ratu Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim yang menjadi pemimpin secara simbolis saat ini.
Layaknya sebagai tokoh sejarah, masyarakat Mempawah mengenang Opu Daeng Manambon dalam sebuah ritual. Upacara ini sendiri diawali dengan pembersihan benda-benda pusaka keraton. Lantaran benda pusaka dianggap sebagai peninggalan kerajaan yang bersifat sakral, upacara pembersihan harus dilakukan oleh seorang pemangku adat yang berasal dari lingkungan keraton. Setelah dibersihkan, acara dilanjutkan dengan kesenian sebagai ungkapan syukur karena berbagai benda peninggalan keraton masih terjaga.
Satu ritual penting lainnya adalah berziarah ke pusara Opu Daeng Manambon yang lebih dikenal dengan Makam Sebukit. Di bukit inilah, Opu Daeng Manambon dimakamkan. Agar lebih khidmat, ziarah berlangsung pada malam hari. Di tengah keremangan cahaya lilin, Raja Mempawah beserta keluarganya tampak mengelilingi makam sambil berdoa bagi keselamatan masyarakat setempat. Malam kian larut, acara ritual pun dilanjutkan esok hari.
Keesokan harinya, puncak upacara Robok-Robok dimulai. Berbekal . Dengan bidar, perahu khusus kerajaan, sang raja kemudian menyusuri Sungai Mempawah dengan diiringi ratusan perahu di belakabungkusan makanan yang dibawa dari rumah, warga berkumpul di depan keraton. Sementara sang raja telah bersiap menyambut mereka dengan mengambil tempat di tangga pendopo keraton. Acara makan bersama pun dimulai sebagai bagian dari rangkaian puncak upacara. Usai makan bersama, raja bersama kerabat keraton menuju sungai yang terletak di depan istanannya. Setelah menyusuri sungai selama lebih dari dua jam iring-iringan prosesi tiba di tempat yang dituju, muara Sungai Mempawah. Di muara sungai yang sering disebut Kuala Mempawah inilah, Opu Daeng Manambon pertama kali menginjakkan kaki di Mempawah pada 1736.
Setiba di tempat yang bersejarah, sesajian yang telah disiapkan segera dilarungkan sambil memohon kepada sang pencipta agar memberikan keselamatan buat warga Mempawah. Prosesi akhirnya ditutup dengan acara mandi bersama sang raja dan keluarganya. Ini sebagai simbol pembersihan diri seluruh warga
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comentários:
Posting Komentar