BY: ZAINAL ASLI BUJANG PONTIANAK
Belajar Keteladanan
KH. Moh. Tidjani Djauhari, MA
Malam itu, 15 Ramadhan 1428 H atau 27 September 2007,pukul 02.00 WIB dini hari, Kiai sekaligus sosok panutan bagi semua Santri Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, dipanggil ke haribaan Allah SWT, setelah menjalani perawatan panjang mengobati komplikasi penyakit yang Allah cobakan kepada beliau.
Sebagai sebuah sosok kiyai panutan bagi santri, umat, dan masyarakat Madura, KH. Moh. Tidjani Djauhari, MA adalah menantu kesayangan KH. Zarkasyi, Pengasuh Pondok Modern Gontor Ponorogo. Sekaligus sosok ulama yang konsekwen pada prinsip hidup dan perjuangannya. Banyak pujian dan sanjungan tentang sosok Kiayi yang satu ini. Mulai dari masyarakat dimana beliau tingga, sampai alumni, wartawan senior, profesinal, cendekiawan, ulama dan sastrawan.
Bukti bahwa KH. Moh. Tidjani Djauhari, MA adalah seorang ulama yang konsekwen pada prinsip hidup dan perjuangannya, beliau enggan untuk terjun dan berjibaku dalam dunia politik. Banyak tawaran yang menggiurkan dari partai-partai politik yang beliau tolak. Bagaimana seandainya tawaran itu jatuh pada kita ? mungkin kita tidak akan berpikir panjang untuk menyetujui tawaran tersebut.
Tapi apa yang membuat Kiyai Tidjani enggan untuk terjun ke dunia politik ?
Sebagai seorang murid dan pengagum beliau, tanpa harus kultus individu, beliau adalah Kiyai yang sederhana, tawadhu’ dan sabar. Prinsip hidup dan perjuangannya untuk pendidikan dan umat yang membuat beliau enggan terjun ke dunia politik, yang syarat akan tujuan dan kepentigan. Sebab tidak ada yang abadi dalam berpolitik, temanpun akan menjadi lawan, murid dan santri pun akan menjadi musuh, bahkan saudara sendiripun akan menjadi lawan berat. Beliau tidak suka berdalih bahwa berjuang harus lewat jalur politik, karena membina dan mendidik jiwa serta kepribadian santri atau umat dari dalam merupakan hal fundamental yang harus di pupuk, dididik, dibina serta diasah sejak dini. Ini yang membedakan KH. Moh. Tidjani Djauhari, MA di mata santri,umat dan bangsa ini.
Semoga kita semua bisa belajar dan mengambil teladan yang baik dari sosok beliau, sebagai seorang yang abid, arif, mukhlish, penyabar, qona’ah, sederhana dan tawadlu’. Serta belajar dari pengalaman beliau selama menjadi seorang ulama’, kiyai, diplomat, penulis, sejarawan dan ahli tafsir
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comentários:
Posting Komentar