BY: ZAINAL ASLI BUJANG PONTIANAK


SUMATERA EKSPRES L.P.6

Wajah Setenang Telaga

Minggu, 06 Juni 2010.

Wajah Setenang Telaga
Penulis : Rudy Harahap

Siapa yang tak mengidamkan tubuh seperti Jennifer Lopez? Setiap perempuan, agaknya, diam-diam menyimpan keinginan memiliki tubuh seindah J-lo ataupun selebritis rupawan lainnya. J-lo pun menjadi icon kecantikan.

Cantik laiknya identik dengan perempuan. Tak mengherankan, perempuan sejak dahulu hingga kini, tanpa mengenal ras berusaha menjaga penampilan. Cleopatra, misalkan, tak sekadar menjaga kecantikannya, juga memanfaatkannya untuk kekuasaan.

Belakangan, tak hanya perempuan, kaum pria pun berdandan demi penampilan. Agar kelihatan cantik dan tampan, keturunan Adam dan Hawa, menyinggahi salon kecantikan. Mereka memotong rambut dengan gaya terkini, merawat wajah agar segar, dan memancarkan aura kecantikan. Tak jarang, mereka mandi susu, agar kulit tubuh seputih pualam. Orang-orang seperti Kris Dayanti rela menghamburkan uangnya demi kecantikan.

Tak sekadar merawat tubuh, bahkan, Michael Jackson bersedia berkali-kali dioperasi: memancungkan hidung, melancipkan dagu, bahkan, memutihkan kulitnya yang hitam. Jackson menjadi fenomena -- ataukah tepatnya phobia atas kejelekan fisik -- memburu kerupawanan. Ia, sekaligus, menjadi sosok yang tersohor enggan menerima takdir atas tubuhnya. Pasangannya adalah Madonna yang memuja penampilan fisiknya sendiri.

Demi melengkapi kerupawanannya, mereka pun mengenakan pakaian berkelas dan modis. Industri kecantikan, rumah-rumah mode hadir untuk mendukung penampilan rupawan, necis, dan wangi. Semua demi menjaga penampilan, agar individu lain yang menyaksikan terpesona. Lirikan mata, decak kagum justru kian membusungkan dada lantaran semua itu merupakan bentuk pengakuan atas keanggunan penampilan.

Tapi, apa makna semua itu? Di saat kita semakin mengidamkan untuk menjadi Jo-lo atau KD, kita kian alpa makna dan hakikat tubuh. Tubuh, bagi pejalan ruhani, sejatinya hanya sangkutan bagi ruh. Ia tak ubahnya kapstock. Kendati disepuh emas sekalipun, nilai kapstock tak lebih sebagai sangkutan. Nilai utama bertumpu pada yang disangkutkan.

Bila demikian, patutkah kita berperilaku seperti Michael Jackson ataupun Madonna? Kita tentu tidak salah bila menjaga penampilan, bersih dan indah, karena sejatinya Islam adalah kebersihan dan keindahan. Bahkan, Allah pun menyuruh hamba-hamba-Nya mengenakan pakaian yang bagus untuk beribadah. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah setiap (memasuki) mesjid... (QS. 7:31) .

Namun, bila untuk mendapatkan keindahan dengan mengubah bentuk tubuh, tentu bukan perbuatan yang disukai-Nya. Terkecuali karena sakit atau cacat, tubuh merupakan karunia yang diberikan-Nya, kelak menuntut pertanggungjawaban. Dengan demikian, bagaimana bentuk pertanggungjawaban, jika kita mengubah ciptaan-Nya hanya karena misalkan ingin agar hidung lebih mancung? Kelak, di hari setiap perbuatan menuntut pertanggungjawaban, dapatkah Anda membayangkan bila hidung yang semula pesek menuntut pertanggungjawaban lantaran dimancungkan?

Kita memang seringkali merasa rendah diri ketika tubuh (penampilan) buruk. Kita merasa malu pada pemberian-Nya dan berusaha mengubahnya. Di saat meniru perilaku selebritis seperti Michael Jackson maupun selebritis di dalam negeri, sesungguhnya kita telah menentang sifat Allah Yang Memelihara (Al Mu'minu). Sebaliknya, ketika cantik dan tampan, kita merasa bangga. Ironisnya, di saat seribu mata melirik, kita alpa kecantikan dan ketampanan itu milik Allah. Kita, bahkan, merasa "akulah pusat dunia" (lomba ratu kecantikan sejatinya mengukuhkan hal tersebut).

Tapi, wahai pemuja kecantikan, sadarkah bila kecantikanmu dapat menggelincirkanmu pada riya? Perempuan-perempuan cantik seperti Cleopatra yang sangat sadar atas kecantikannya -- sehingga memamerkan, bahkan, memanfaatkannya --- seringkali menjadi sumber bencana. Tak mengherankan jika Allah menyuruh perempuan menyembunyikan perhiasannya di balik jilbab demi menghindarkan gangguan. Hendaklah mereka mengulurkan jilbab...(QS 33:59).

Kecantikan, pakaian berkelas dan indah, bersifat fana. Ia sekadar perhiasan duniawi yang lekang ditempa masa. Perjalanan waktu membuat kulit yang kencang dan mulus menjadi keriput. Betul, operasi kosmetik dapat mengakalinya. Tapi, sejatinya, siapa yang dapat menahan laju waktu? Operasi kosmetik hanya bersifat semu, sekadar melahirkan cemooh: Neli alias nenek lincah. Seperti operasi kosmetik, julukan itu bersifat semu: di permukaan laiknya pujian tetapi sesungguhnya gurau ironis karena kita berusaha melawan kodrat waktu.

Bila demikian, wahai pemuja kecantikan, mengapa masih mengagungkan kecantikan fisik dan pakaian berkelas? Di saat insyaf atas kefanaan dan permainan sang waktu, mulailah mencari kecantikan dan keindahan (pakaian) abadi. Bagaimanakah gerangan kecantikan dan keindahan (pakaian) abadi? Pejalan ruhani mengandaikan amalan merupakan pakaian dan keindahan yang kekal. Amal ibadah insan di bumi ini, sejatinya bukan sekadar kewajiban dan menuruti perintah-Nya, tetapi kelak menjadi pakaian di akhirat.

Seseorang boleh saja bangga karena ia sepekan sekali mandi susu dan mengenakan pakaian berkelas. Tapi, dapatkah Gucci, Vercace dan deretan merek yang berkelas melindungi diri di saat hari perhitungan. Amalan baik berupa zikir, wirid dan kebajikan selama hayat di badan justru yang menjadi pakaian menahan sengatan, ketika matahari tak lebih sejengkal dari kepala. Amalan-amalan itu justru yang menghiasi diri ketika di alam kubur (barzah).

Amalan-amalan itu, bahkan, sesungguhnya telah menghiasi sejak di bumi. Tak percaya? Lihatlah wajah-wajah berwudhu --- wajah yang mengutip pengetahuan modern mengalami terapi air --- senantiasa segar. Wudhu merupakan awal dari rangkaian ibadah sepanjang hari. Zikir dan peribadatan itu bermuara pada ketenangan jiwa. Ketenangan jiwa itu memancar pada wajah, mengurangi beban penderitaan pada tubuh. Nur ilahiyah menghiasi wajahnya. Pengetahuan modern menyebutnya inner beauty. Dengan wajah setenang telaga itu pula ia kembali pada-Nya. Hai jiwa yang tenang kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.. (QS 30:27-28)

Comentários:

Posting Komentar

THAKS FOR U ATTENTION
 
Santri Pesisir © Copyright 2010 | Design By Gothic Darkness |